Jumat, 29 Mei 2020

MEMORY OF GLASS: Ingatan 10 Menit


Judul: Memory of Glass
Penulis: Akiyoshi Rikako
Penerbit: Haru
Cetakan: 1, November 2019
ISBN: 9786237351214
Tebal: 360 hal

[BLURB]
Polisi bilang, 
Aku melaporkan diriku sendiri.
Kata mereka, aku membunuh seorang pria.
Hanya saja...aku tidak ingat.
Aku tidak ingat pernah melapor,
apalagi membunuh orang.
Sebenarnya, apa yang terjadi?

"Bencilah dosanya, jangan orangnya. Seharusnya kau membenci penyakitnya, bukan membenci orangnya." (hal. 118)

Mayuko Kashihara; wanita berusia 41 tahun menderita penyakit gangguan fungsi eksekutif otak yang membuatnya tidak bisa mengingat kejadian-kejadian baru. Ingatannya terhenti pada kejadian 20 tahun lalu akibat sebuah kecelakaan dan trauma melihat kedua orangtuanya tewas di bunuh oleh pembunuh massal. Dia sekarang merasa masih berusia 21 tahun. Anehnya, dia terbangun di sebuah rumah sakit yang dijaga ketat kepolisian. Menurut polisi, dia pingsan setelah membunuh seorang pria padahal dia sendiri tidak mengingatnya. 


Pria yang diduga dibunuh Mayuko adalah Gouda Mikinari, si pembunuh massal. Motifnya karena balas dendam atas kematian orangtua Mayuko. Hal ini diperkuat dengan kesaksian dan bukti-bukti dari suami Mayuko, Mitsuharu. Tak disangka, Mitsuharu pun sebenarnya memiliki keterkaitan dengan kejadian 20 tahun silam itu.

Penyelidikan kasus ditangani detektif Yuka dibantu oleh Nomura. Yuka diam-diam memikul beban berat. Ibunya menderita demensia. Hal ini membuat Yuka kesulitan membagi antara pekerjaan dan keluarga, menimbulkan keraguan dalam penyelidikan.

"Karena itu bagi orangtua, tidak ada hal yang lebih membahagiakan daripada melihat anaknya bahagia." (hal. 345)

Di tengah penyelidikan, muncul wanita tua bernama Yonemori Hisae yang kenal baik dengan Mayuko dan bersedia membantu Mayuko bebas dari penjara. Siapa sebenarnya wanita itu? 

POV di buku ini bergantian antara Aku (Mayuko) dan Yuka. Mayuko sering mengalami konflik batin saat dia tidak bisa mengingat peristiwa penting dalam hidupnya dan selalu berbicara pada diri sendiri mempertanyakan ingatan yang hilang. Part Yuka pun tidak bisa dibilang ringan, apalagi sikap kakaknya sangat menyebalkan. Ada beberapa adegan kekerasan sehingga novel ini berlebel 17+


"Tidak melakukan apa yang tidak bisa dilakukan itu, tidak buruk dan tidak salah. Tidak ada artinya memaki diri sendiri atau tertekan oleh rasa bersalah." (hal .345)

Judul sudah mewakili isi buku, merujuk pada ingatan Mayuko seperti kaca yang pecah berkeping-keping. Aku merasa sedih banget dengan kehidupan rumah tangga Mayuko dan Mistuharu. Tak bisa dibayangkan mereka menikah selama hampir 20 tahun dengan kondisi penyakit Mayuko seperti itu. Mayuko harus rajin menulis kejadian  baru sebelum dia lupa. Bahkan dia tidak ingat dengan suaminya dan lupa jika sudah menikah. Intinya buku ini mengaduk-aduk emosiku apalagi ketika baca di bab 13, dialog saat setting laut.

"Kenapa aku selalu lupa? Orang-orang yang penting, kenangan, semuanya pergi entah ke mana. Aku, aku sekarang ingat aku mencintaimu, juga menikah denganmu. Meski begitu... Aku tidak ingat namamu." (hal. 352)

Karya Akiyoshi Rikako memang tak pernah mengecewakan, eksekusi cerita apik, alur rapi dan keterkaitan antar kejadian maupun tokoh tak tertebak. Jadi, rajin-rajinlah memperhatikan detailnya agar tidak tertipu karena penulis menggiring opini pembaca untuk mengaburkan fakta.

Aku sudah membaca lambat-lambat agar tidak terjebak seperti saat membaca karya-karya terdahulunya. Aku bisa menebak satu hal di buku ini, namun tetap saja ada aja yang membuat tercengang. Pantang meletakkan buku ini sebelum selesai membacanya karena rasa penasaran. Siap-siap... Novel ini mengandung bawang bombay.😭

🌟: 5/5