Rabu, 11 Maret 2020

NARIK SUKMO: Menari atau Mati


Judul: Narik Sukmo
Penulis: Dewie Sofia
Penerbit: Loveable
Cetakan: 2019
ISBN: 9786237211037
Tebal: 200 hal

[BLURB]
Kehadiran Kenara Cahyaningrum—seorang mahasiswi yang hobi menari—memicu kemunculan dendam kesumat yang siap menuntut balas. Banyu Janggala Baghawanta akan membunuh satu Desa Kelawangin (sengaja disamarkan) di daerah Gunung Lawu, perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kedatangan Kenar sendiri karena diajak oleh sahabatnya, Ayu.

Pada hari pertama kedatangannya di Desa Kelawangin, hujan turun lebat sepanjang malam disertai petir. Belum lagi, ia merasakan keanehan karena beberapa warga Desa Kelawangin menatap tajam ketika melihatnya. Kenar pun memimpikan sosok bayangan hitam yang seolah hendak menelannya. Lalu, tubuhnya secara tiba-tiba, bergerak menari sendiri.

Semua keanehan ini mulai terkuak ketika Kenar masuk ke kamar terlarang di rumah Ayu.  Penduduk desa satu per satu mati tak wajar. Dan Kenar, mulai menari TARIAN NARIK SUKMO, tarian kematian dari pasangan Banyu Janggala Bagwahanta dan Ratimayu yang telah meninggal 20 tahun lalu.

Apa kaitan Kenar dengan Banyu Janggala Bagwahanta?

Bagaimana nasib penduduk Desa Kelawangin?

Cerita di buku Narik Sukmo ini berpusat pada kehidupan Kenar saat dia liburan di desanya Ayu. Memakai sudut pandang orang pertama sisi Kenar, pembaca diajak menelusuri keindahan desa Kelawangin, menguak misteri masa lalu kelam desa tsb dan merasakan kejadian-kejadian yang dialami tokoh utama..


Kenar tidak menyangka jika liburan di desa Kelawangin akan begitu mencekam, awalnya dia tak pulang ke Jakarta karena menghindari mantan pacarnya yang mengganggu.

Namun setibanya di sana, Kenar seakan familiar dengan desa Kelawangin yang baru pertama kali dia kunjungi. Pertemuan dengan pemuda pemain saron bernama Dierja pun seperti dejavu. Kebersamaan mereka membuat Kenar nyaman.

Di sisi lain, dia mengalami banyak hal mistis sejak dia bertemu dengan mbah Rahmi di rumah Ayu. Paklek Prastomo dan Bulek Seruni (orangtua Ayu) seolah menyembunyikan sesuatu. Satu kamar di rumah Ayu yang selalu dikunci menyedot perhatian Kenar.

Kenar juga mulai dibayangin sosok dua penari yang menarikan tarian Narik Sukmo dan lantunan tembang Jawa yang sama selalu dia dengar. Sosok dan suara siapakah itu?

Aura mistis kejawen dan kesenian khas Jawa sangat terasa dalam buku ini. Bahasa Jawa pun kerap dipakai baik di lirik tembang maupun dalam percakapan, tenang saja ada terjemahan agar pembaca paham. Tidak hanya horor,  diselipkan adegan-adegan romantis untuk mengurangi ketegangan😂 Disajikan pula beberapa ilustrasi menarik peristiwa yang terjadi.😍

Tokoh favoritku Banyu, meskipun serem tapi bahasa Jawanya bikin kesengsem😂👉 misalnya ini: "Pepujanku. Kowe mbulan maya mancarke sewu cahya jroning petenge wengi. Tetep terus sumunar jroning petenge wengi. Aku tansah tresno kowe saklawase. Mong karo kowe. Mong karo kowe. Kabeh awak nyawaku keraket tekan pati misahke." (hal. 86)


Sosok peneror tak lain adalah Banyu, hantu dengan dendam sangat besar. Sampai di satu titik, Kenar tidak tahan lalu memutuskan kembali ke Jakarta. Namun hal mengerikan justru terus berlanjut seolah kutukan sudah menyatu dengannya. Ritualpun tidak mempan membentengi. Perlahan misteri mulai terungkap menjelang akhir cerita melalui flashback. Apa yang sebenarnya terjadi di desa Kelawangin pada masa lalu? Silakan cari tahu di Narik Sukmo.👹👺

Salut buat penulis yg memiliki ide mengambil tema horor lokal dengan sentuhan kesenian tradisional. Ketegangan juga dapet. Aku suka bgt design cover dan pemilihan warnanya, mirip poster film, terasa etnik. Pergantian bab pendek sehingga tak membuatku lelah.

Tapi, aku merasa beberapa kejadian masih bisa diperdalam lagi misal: adegan Dierja dan Kenar di toko alat-alat kesenian, Saat Kenar berhasil menyusup di kamar paklek Ayu dan kekacauan di panggung pesta rakyat saat Kenar menari, epilog kurang panjang😂

Sayang juga ada kesalahan ketik. Dialog Kenar dan Aya di hal. 16 "Jangan lupa kasih kabar kalau sudah sampai di rumah Ayu, ya." aku bingung ini yang bilang Kenar atau Aya dilihat dari respon selanjutnya agak ambigu. Di hal 44 kurang kata "mengambil" (Dierja langsung HP-ku), tobol=tombol, menggunkan=menggunakan,

Terlepas dari itu, buku ini recommended buat kamu pecinta horor lokal dengan sentuhan berbeda.😍👍

🌟: 3.5/5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar