Rabu, 11 Maret 2020

Sang Patriot ~Kisah Seorang Pahlawan Revolusi Biografi Resmi Pierre Tendean~



Judul: Sang Patriot ~Kisah Seorang Pahlawan Revolusi Biografi Resmi Pierre Tendean~
Penulis: Tim Penulis (Iffani Saktya, Irma Rachmania Dewi, Laricya Umboh, Neysa Ramadhani, Noviriny Drivina, dan Ziey Sullastri) 
Editor: Abie Besman
Penerbit: Buku Kompas
Cetakan: 2, April 2019
ISBN: 9786024126520
Tebal: 360 hal

Buku biografi tokoh siapa yang pernah kamu baca? Me: Biografi D.I Panjaitan dan Pierre Tendean😊

Hallo temans~ Setelah banyak kesibukan di dunia nyata dan mengalami reading slump, akhirnya aku kembali membaca😆 Nah... kali ini aku berkesempatan membaca buku genre non-fiksi sejarah seorang tokoh pahlawan. Aku penasaran dengan sosoknya yang hanya kutahu lewat buku sejarah semasa sekolah dulu. Saat searching di internetpun rasa penasaranku tidak terpuaskan dan kebenaran  masih simpang siur. Tanpa sengaja, aku menemukan buku biografi resmi sang pahlawan yang mereka sebut 'Si Tampan dari Bumi Panorama' bernama Pierre Tendean di sebuah online shop. Seneng banget donk karena ternyata banyak hal menarik tentang beliau yang kudapatkan di buku ini menurut penuturan berbagai narasumber terpercaya.

Buku ini sendiri terdiri dari 10 bab mulai dari cerita masa kecil hingga pasca kepergian Pierre Tendean secara rinci dan urut. Selain itu tim penulis juga mengulas lebih dalam tentang karir, keluarga, cinta dan sikap patriotisme pemuda keturunan Prancis-Minahasa ini. Di akhir buku, pembaca juga akan menemukan kabar terbaru orang-orang terdekat Pierre Tendean baik keluarga, teman, atasan maupun sang kekasih. Siapkah kalian ikut bersamaku kembali ke masa lalu di mulai tahun 1939? Yuk ikuti terus reviewku 2 hari ke depan~😊


"Keluarga saya sudah dapat banyak dari negara, sekarang saatnya saya menjadi milik negara. Kamu ada masalah dengan itu?" (hal. 45)

Pierre Andries Tendean lahir di Batavia, Hindia Belanda pada 21 Februari 1939. Putra ke dua dari pasangan Maria Elizabeth Cornet dan Aurelius Lammart Tendean (dokter Psikiatri) ini memiliki kakak perempuan bernama Mitzi Farre dan adik perempuan bernama Rooswidiati. Meskipun lahir dari keluarga berada, Pierre tidak tumbuh menjadi pemuda sombong. Pemuda yang hobi membaca buku, fotografi dan mendengarkan musik ini juga dikenal disiplin, memiliki rasa patriotisme tinggi dan suka membantu teman. Di keseharian, Pierre dan saudarinya sering menggunakan bahasa Jawa.

"Mitz, deloken kae, ono wartawan. Mesemo... deweke arep moto kowe," (hal. 90)😂

Bab terpanjang yang diceritakan adalah saat pendidikan militer. Setting waktu dan tempat maupun perubahan yang terjadi dalam badan kemiliteran dijelaskan secara rinci. Oiya, keputusan Pierre masuk angkatan awalnya tidak disetujui kedua orangtuanya, hanya Mitzi yang mendukung. Berkat pengertian Jend. A. H. Nasution, kedua orangtua Pierre mengizinkan.

"Jangan lupa sama kawan karena kawanlah yang membela kamu setelah kamu mati." (hal. 166)

Teman-teman Pierre dan keseharian mereka saat berada di Atekad dan selama bertugas tidak luput diceritakan.

Tidak hanya kisah hidup Pierre Tendean saja yang dijabarkan dalam buku ini tetapi pembaca juga diajak menelusuri sejarah Indonesia pasca kemerdekaan. Dimana banyak ketimpangan dan pemberontakan terjadi dimana-mana.

Menariknya, saat bertugas di Medan pada tahun 1963, Pierre bertemu dengan seorang perempuan bernama Rukmini Chamim. Mimin inilah satu-satunya perempuan yang berhasil merebut hati sang pahlawan untuk selamanya😭

"Mitz, aku wis ketemu jodoku. Wis yo Mitz, dongakake wae mugo-mugo kelakon." (hal. 143)


"Jika aku dianggap berlebih-lebih atau indisipliner, boleh aku diganti dengan perwira lain." (Hal. 166)

Pierre diminati 3 perwira tinggi AD karena prestasinya. Pada 15 April 1965 Pierre resmi menjadi ajudan Jend. A. H. Nasution tapi Pierre mengajukan syarat masa pengabdian sebagai ajudan hanya 1 tahun saja. Ternyata, Pierre menjadi ajudan Pak Nas termuda dan tampan. Takheran banyak perempuan yang berlomba bersalaman dengannya😂

"Telinga kami untuk pak Nas, tetapi mata kami untuk ajudannya." (hal. 157)😂

Sebelum hari naas 30 September 1965,Pierre  sempat datang ke pernikahan sang adik (Roos) pada 1 Juli 1965 dan terakhir kali bertemu Rukmini pada 31 Juli 1965 di Medan (mereka  merencanakan menikah bulan Desember tahun yang sama)😭

"Pierre, kamu itu jangan aneh-aneh. Sebab menurut ramalan pangkat kamu itu hanya sampai kapten. Kamu, kan, sudah letnan satu sekarang." ---Soeseno (teman dekat Pierre)

"Ha ha ha, aku jadi pahlawan Le, rapopo, aku rela mengabdi negara." ---Pierre

Penulis menceritakan aksi heroik Pierre saat menjadi tameng sang Jendral dan keluarga Jendral padahal saat itu bukan gilirannya jaga. Hal yang paling membuatku sedih, Pierre gugur ketika Ibunya ulang tahun😭

Di bab2 akhir dijelaskan pula kronologi kejadian penculikan 7 pahlawan revolusi, Pierre menjadi korban salah tangkap. Dalam kejadian tsb, Ade Irma Suryani (anak bungsu Pak Nas) juga gugur. Siapkan mental saat memasuki bab ini! Sangat memilukan😭😭

Buku ini recommended buat pembaca yang ingin mengenal lebih dekat sang perwira muda serta mengetahui latar belakang gerakan G30S. Uniknya, buku ini dilengkapi foto-foto peninggalan Kapten Pierre Tendean, termasuk akte kelahiran, KTP, hasil Ujian SMA, surat-surat penting termasuk foto tentang kejadian G30S pun dijabarkan hasil autopsi jenazah Pierre Tendean.

Banyak pesan moral aku dapatkan dari buku ini: rela berkorban, cinta tanah air dan keluarga, patriotisme, kejarlah dan wujudkan passionmu😊 Terimakasih Kapten (Czi) Pierre Tendean atas segala pengorbananmu demi bangsa ini😊

🌟: 5/5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar